Terang Dari Lalan : Tentang Harapan, Dari Tanah Gambut ke Desa Masa Depan

 


pendamping-desa.com-Ini adalah kisah tentang bagaimana teknologi dan tradisi bukan musuh, tetapi dua kekuatan yang bila disatukan, bisa menyalakan cahaya baru bagi Indonesia.

Luar biasa! Kecamatan Lalan, di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, memiliki potensi yang sangat besar sebagai cerita "desa digital" terutama karena wilayah ini kaya sumber daya alam, tradisi agraris, dan komunitas yang kuat. kisah Cahaya dari Desa Digital berakar di desa-desa Kecamatan Lalan, dengan unsur budaya lokal, kehidupan rawa gambut, dan realita daerah transmigrasi.

Kecamatan Lalan terletak di daerah rawa dan gambut, mayoritas penduduknya adalah petani dan nelayan, banyak yang berasal dari program transmigrasi. 

Mayoritas budaya Jawa, dengan keberagaman tradisi, bahasa, dan religi. sedangkan trasportasi Akses desa masih banyak melalui sungai dengan menggunakan perahu dan kanal, cocok untuk menyajikan tantangan infrastruktur yang jadi bagian cerita.

Desa dikecamatan lalan ini dulu dikenal karena sulitnya akses, minim sinyal, dan tingginya ketergantungan pada perusahaan sawit.

Cuplikan Sungai Lalan

Sore itu, langit di atas sungai Lalan memantulkan warna emas yang pudar. Perahu kecil yang membawa Andri menyusuri kanal sempit, sesekali dihentikan oleh batang pohon yang tumbang.

“Masih begini rupanya jalannya, seperti waktu kecil dulu,” gumamnya sambil menatap air keruh yang tenang.

Di dermaga kayu, seorang gadis berkain songket hijau lumut menunggunya. Di tangannya, seikat bunga rawa 'kembang siak' simbol selamat datang.

“Mas Andri,” katanya. “Kau pulang?”

“Iya, Aisyah. Aku datang bukan cuma untuk pulang. Tapi untuk membangun rumah masa depan dari sini.”

Aisyah tersenyum. Sungai, hutan, dan desa menyambut cahaya baru yang akan segera tumbuh dari Lalan.

Terang dari Lalan” bukan sekadar metafora teknologi, tapi juga perjuangan nyata warga desa untuk mendapatkan listrik PLN yang selama ini absen.

Kondisi saat ini: Banyak desa di Lalan hanya mendapat listrik dari MEP, yang dikelola BUMD. Listrik tidak selalu stabil, dan ada keluhan soal biaya & pelayanan.

Harapan masyarakat: Agar PLN mengambil alih distribusi listrik secara langsung seperti di desa-desa lain di Indonesia.

"Listrik bukan soal kabel dan tiang, tapi soal keadilan. Bila Indonesia bisa terang, maka Lalan pun harus ikut bersinar."

Di jantung rawa-rawa Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, hidup ribuan keluarga yang setiap malam masih ditemani gelap dan suara genset. Walau Indonesia telah merdeka hampir satu abad, sebagian warga Lalan belum sepenuhnya menikmati cahaya yang adil: listrik negara.

Selama bertahun-tahun, kebutuhan listrik masyarakat Lalan ditopang oleh BUMD PT. Muba Electric Power (MEP). Namun, warga kerap menghadapi kendala: pasokan terbatas, pemadaman tiba-tiba, dan biaya operasional yang memberatkan.

Gerakan ini tidak melawan siapa pun. Ia hanya ingin mengingatkan bahwa listrik bukan barang mewah, melainkan hak dasar.

"Kalau kota bisa terang karena negara, kenapa desa harus gelap karena nasib?"

📘 Pantun:

Malam gelap di tengah rawa,

Anak desa tetap membaca.

Kami pun rakyat Nusantara,

Ingin terang yang merata.


Catatan Redaksi :

Cerita ini terinspirasi dari kondisi nyata sebagian desa di Kecamatan Lalan.

Lebih baru Lebih lama

Recent in Sports

Facebook